SAHABAT KECIL
Bagikan :
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Bumi adalah siswa SMA yang terkenal pendiam. Ia lebih sering menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan dibandingkan di kantin. Bumi termasuk ke dalam siswa yang pintar dan berprestasi, ia seringkali mengikuti perlombaan dan meraih medali emas. Tetapi, karena kepintarannya, Bumi jadi sering dimanfaatkan oleh teman-teman sekelasnya. Mereka sering menyuruhnya untuk mengerjakan tugas mereka, sedangkan mereka sibuk bermain game.

Suatu hari di sekolah, Bumi sedang belajar di kelasnya. Tak lama, bel istirahat berbunyi. Anak-anak di kelas Bumi langsung berhamburan keluar kelas untuk membeli jajanan di kantin, sedangkan Bumi berjalan santai menuju perpustakaan seperti biasanya. Saat ia sedang di lorong kelas, tiba-tiba ia ditabrak oleh seorang siswa lain. Ketika melihat bahwa yang ia tabrak itu Bumi, anak itu menunjukkan raut wajah terkejut. Bumi kebingungan, ia menatap anak itu dengan tatapan heran. Tiba-tiba, terdengar suara yang sangat melengking, “LANGIT!! SINI KAMU!!”, ah, sepertinya, itu suara guru BK.

Bumi terkejut, begitupun dengan anak yang tadi bertatapan dengannya, ia langsung berlari kencang bak dikejar hantu. Setelah anak itu pergi, Bumi mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mengedikkan bahu tak peduli, ia melangkahkan kakinya kembali ke perpustakaan seolah tak terjadi apa-apa.

Tibalah Bumi di perpustakaan. Ia langsung mengambil beberapa buku pelajaran dan juga satu novel untuk dibaca dan langsung menuju ke tempat biasanya ia membaca di meja paling pojok, “Biar bacanya lebih tenang”, -katanya. Bumi bersenandung kecil sambil membuka lembaran demi lembaran buku yang ia baca. Bumi terlalu fokus membaca, sampai-sampai ia tidak sadar bahwa ada yang memperhatikannya sedari tadi.

Anak itu sedang berkelahi dengan kepalanya, apakah ia harus menghampiri Bumi atau tidak. Akhirnya, anak itu memutuskan untuk menghampiri Bumi walau ia sedikit takut. Di matanya, Bumi itu seperti guru killer yang menyeramkan. Ketika sudah berada tepat dibelakang Bumi, ia pun menepuk pundaknya pelan. Bumi menarik kepalanya untuk melihat kearah anak yang menepuk pundaknya, ia mengerutkan dahinya seolah bertanya “Kenapa?”

“Kamu Bumi, ya?” anak itu bertanya, Bumi hanya membalas dengan anggukan kecil. “Aku Langit, kamu inget aku gak?” anak itu bertanya lagi, dan lagi-lagi, Bumi hanya merespon dengan gelengan tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Langit menghela napas berat, ia merasa kecewa karena Bumi tidak mengingat dirinya. Tak menyerah, ia bertanya sekali lagi seolah memaksa Bumi untuk mengingat dirinya. “Kamu inget TK Nusa Bangsa, gak?” tanyanya. Kali ini, Mabel bersuara, “Aku inget, dulu aku sekolah disana. Memangnya kamu siapa sih? Kok kayak maksa banget buat aku nginget kamu?”. Langit menunjukkan wajah riang, dan Bumi dengan wajah bingungnya –lagi.

“Aku Langit Arutala, temen kecil kamu dulu, masa kamu gak inget? Dulu pas masih TK kita sering main bareng tau.” Ucap Langit dengan penuh harap Bumi akan mengingatnya. Bumi mengernyitkan alisnya, di kepalanya, seperti sedang mencari sebuah berkas yang tersimpan diantara ribuan berkas lainnya, ia berusaha untuk mengingat siapa lelaki menyebalkan di depannya ini. Hingga tiba-tiba…

“HAH?! KAMU LANGIT? LANGIT YANG DULU KECIL ITU?”

Langit terlonjak kaget mendengar Bumi yang tiba-tiba berteriak. “Huft, iya, aku Langit yang dulu sering kamu ejek kecil.” Jawabnya sambil merotasikan bola matanya.

Bumi masih tak menyangka bahwa lelaki yang di depannya ini adalah Langit Arutala alias sahabat masa kecilnya., “Kok kamu jadi tinggi, sih?” tanyanya sembari memasang wajah yang terkesan menyebalkan di mata Langit. “Ya kamu kira aku bakalan kecil aja, gitu? Aku juga manusia kali, bisa tumbuh dan berkembang. Mentang-mentang dulu kamu lebih tinggi dari aku.” Bumi tertawa mendengarnya.

“Kamu masih suka marah-marah, ya?” Ucap Bumi sambil terkekeh kecil. Ia pun mengajak Langit untuk pergi ke kantin karena sedari tadi saat mengobrol, ia sesekali mendengar suara perut Langit yang sepertinya sedang lapar. Mereka berdua menghabiskan waktu istirahat di kantin, Langit mengajak Bumi untuk ikut bergabung dengan teman-teman satu circle-nya. Setelah bertemu dengan Langit, Bumi jadi lebih sering ke kantin dan tidak melulu membaca buku di perpustakaan untuk menghabiskan waktu istirahatnya. Ia pun sudah memiliki banyak teman dari kelas yang berbeda, bahkan dari sekolah yang berbeda karena ia sering ikut Langit kumpul bersama teman-temannya.

Langit juga berubah 180 derajat. Biasanya saat jam pelajaran, ia lebih sering tidur daripada memperhatikan guru yang menjelaskan materi. Langit juga sering tidur di UKS saat jam pelajaran. Tapi, setelah bertemu kembali dengan Bumi, ia jadi rajin belajar walaupun awalnya ia menolak keras saat diajak belajar oleh Bumi. Teman-teman sekelasnya heran, bagaimana bisa Langit yang tingkatan malas belajarnya sudah di tingkat dewa berubah menjadi murid yang paling rajin?

Tapi Langit dan Bumi tidak mempedulikan respon orang-orang atas perubahan mereka. Mereka seakan-akan kembali menjadi Langit dan Bumi kecil kembali, bermain dan belajar bersama. Hingga saat hari kelulusan tiba, mereka kembali berpisah sekolah. Langit yang mengejar impiannya menjadi TNI, dan Bumi yang memutuskan untuk menjadi dokter.

Berita Terbaru
Pengumuman

Logo

No more posts to show